INDONESIAN
YOUTH SOCIAL EXPEDITION (IYSE), ada yang pernah dengar? Tidak apa
jika belum, karena disini akan ada sedikit cerita mengenai ini. Namun bila
sudah syukurlah, mari kita saling berbagi pengalaman untuk belajar lebih
banyak lagi. Hehe.
logo IYSE dari IYALE institute (source: OA IYSE) |
Ini event terjauh pertamaku.
Sulawesi. Pulau berbentuk K itu, sudah kudoakan dari sejak beberapa lama. Waktu
sebelum ini, setiap teman ada yang posting tentang Sulawesi (lebih banyak
Makassar) aku sering menatapnya lebih lama dan mencoba menyholawatinya. Semoga suatu ketika Laila ada kesempatan
juga berkunjung kesana, doaku setiap kali. Dan Alhamdulillah, sungguh Allah
yang Maha Baik hati mengabulkannya. Melalui IYSE vol. 2 yang diinisiasi IYALE Institute (Indonesian Youth And Leader Empowerment).
Waktu itu tanpa sengaja
melihat submit pendaftaran volunteer IYSE vol. 2 di Instagram. Aku yang mulai selo waktunya karena urusan di kampus
sudah mulai sedikit, tergerak hatinya ingin mencoba. Pertama kali mencari tau
ada ragu, iyakah fully funded bahkan
sampai ke Sulawesi? Hingga hari terakhir pendaftaran, aku menjadi gupuh juga, mempertimbangkan banyak hal
lalu akhirnya yiey daftar juga.Haha.
IYSE vol. 2 mempunyai 3
destinasi lokasi. Pertama Pangandaran, Banten, Jawa Barat, kedua Toraja,
Sulawesi Selatan, dan ketiga Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bagi seorang aku,
Pangandaran sudah ku coret terlebih dahulu. Aku berfokus ke Sulawesi
(sebenarnya ini sedikit minder karena
takut tidak mendapat izin jika lolos nanti). Tapi jika tidak mencoba, mana bisa
tau apa yang akan terjadi? Ya, pilihan mengerucut, Toraja atau Wakatobi?
Mulai search ini dan ini,
terutama mencari potensi yang mungkin bisa menjadi tambahan dalam mengisi form ‘alasan
memilih lokasi’. Haha. Dasar si Laila, ya, alasan kok dicari-cari. Pertama
membuka wakatobi, aku menemukan semua berbau laut dan seantero pesisirnya.
Hatiku sudah mencelos terlebih dahulu. Hei
aku ingin sesekali merasakan bagaimana rasanya hidup sebagai anak pesisir. Tetapi
ingin hanya sekedar ingin, karena ternyata aku lebih tertarik belajar tentang
mina padinya Toraja. Dan ya, begitulah akhirnya Toraja menjadi pilihan (meski
tetap saja seperempat hati ada di Wakatobi).
Form-form sudah terisi.
Hari-hari berlalu dengan penantian terhadap hasil seleksi administrasi. Iyakah
akan ada namaku menjadi salah satu? Ya, Alhamdulillah hari itu di saat aku
sedang makan malam di Ikana dengan enaknya, berita bahagia itu tiba. Haha. Ada
aku di nomor 39, satu nomor terakhir untuk lokasi Toraja yang lolos seleksi.
Alhamdulillah.
Pengumuman seleksi administrasi #Toraja (source: OA IYSE) |
Lalu persiapan wawancara via telepon, ada jadwal hari dan jam
kapan akan di telepon satu demi satu si kandidat. Aku ada di hari ketika
jadwalnya aku ada acara di Ngawi, well, disana tidak ada signal untuk nomor yang
kudaftarkan. Sedih kali. Tapi ternyata pihak pelaksana memberi keringanan
memperbolehkan ganti jadwal dengan terkonfirmasi. Jadwal dimajukan, hari
pertama seleksi malam pukul 9. Aku sudah tidak tenang. Ketahuilah Laila ini
gugupan jika harus mengutarakan sesuatu lewat lisan, sekalipun di telepon mata
dan mata tidak saling bertatapan. Sampai besok paginya, telepon itu tidak
kunjung datang, hei, aku sudah berfikir yang tidak-tidak. Apakah aku
terdiskualifikasi? Haha pikiran buruk yang menumpuk kegugupan di ambang
tertinggi. Padahal besok paginya, ketika aku sedang bersenang-senang di dapur
untuk membuat sarapan ala-ala, telepon itu datang, secara tiba-tiba.
Satu hal yang pasti dari wawancara
yang barusan terjadi adalah, aku menjadi sangat pesimis bisa menjadi satu
diantara orang yang akan berangkat ekspedisi. Jawaban-jawabanku belepotan. Aku
tidak siap. Aku tidak berada pada keyakinan mampu membuat mbak-mbak interviewer meloloskanku. Wallahu’alam
bisshawab.
Hari itu di Ngawi, tanggal 15
juli, kejutan Allah datang lagi dan lagi. Aku, Laila, yang sudah hilang harap
ternyata lolos menjadi salah satu yang akan diberangkatkan ke Toraja, Sulawesi.
Segala gemuruh membuncah: senang, bingung, takut, semuanya terasa menjadi-jadi.
Lebih lagi karena, dari awal aku tidak memberitahu Bapak dan Ibu terkait
lokasi. Kataku waktu itu hanya aku sedang ikut event untuk berbakti pada
negeri, mohon direstui. Ketakutan yang akhirnya berubah menjadi rasa syukur tak
terperi, ya, gegara izin pergi sudah terkantongi. Oh, Allah, Alhamdulillah,
terima kasih untuk kesempatan dan bakal pengalaman yang akan terjadi. Mari
bergerak bersama. Mari merealisasi.
“IYSE,
Mengabdi untuk Negeri, Bahagia Indonesiaku.”
Dariku yang berbahagia karena Allah
wujudkan pergi ke Sulawesi,💙