[IYSE Toraja – Bulukumba]: Sebuah Mula yang Berdrama

8:38 PM


INDONESIAN YOUTH SOCIAL EXPEDITION (IYSE), ada yang pernah dengar? Tidak apa jika belum, karena disini akan ada sedikit cerita mengenai ini. Namun bila sudah syukurlah, mari kita saling berbagi pengalaman untuk belajar lebih banyak lagi. Hehe.
logo IYSE dari IYALE institute (source: OA IYSE)

Ini event terjauh pertamaku. Sulawesi. Pulau berbentuk K itu, sudah kudoakan dari sejak beberapa lama. Waktu sebelum ini, setiap teman ada yang posting tentang Sulawesi (lebih banyak Makassar) aku sering menatapnya lebih lama dan mencoba menyholawatinya. Semoga suatu ketika Laila ada kesempatan juga berkunjung kesana, doaku setiap kali. Dan Alhamdulillah, sungguh Allah yang Maha Baik hati mengabulkannya. Melalui IYSE vol. 2 yang diinisiasi IYALE Institute (Indonesian Youth And Leader Empowerment).

Waktu itu tanpa sengaja melihat submit pendaftaran volunteer IYSE vol. 2 di Instagram. Aku yang mulai selo waktunya karena urusan di kampus sudah mulai sedikit, tergerak hatinya ingin mencoba. Pertama kali mencari tau ada ragu, iyakah fully funded bahkan sampai ke Sulawesi? Hingga hari terakhir pendaftaran, aku menjadi gupuh juga, mempertimbangkan banyak hal lalu akhirnya yiey daftar juga.Haha.

IYSE vol. 2 mempunyai 3 destinasi lokasi. Pertama Pangandaran, Banten, Jawa Barat, kedua Toraja, Sulawesi Selatan, dan ketiga Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bagi seorang aku, Pangandaran sudah ku coret terlebih dahulu. Aku berfokus ke Sulawesi (sebenarnya ini sedikit minder karena takut tidak mendapat izin jika lolos nanti). Tapi jika tidak mencoba, mana bisa tau apa yang akan terjadi? Ya, pilihan mengerucut, Toraja atau Wakatobi?

Mulai search ini dan ini, terutama mencari potensi yang mungkin bisa menjadi tambahan dalam mengisi form ‘alasan memilih lokasi’. Haha. Dasar si Laila, ya, alasan kok dicari-cari. Pertama membuka wakatobi, aku menemukan semua berbau laut dan seantero pesisirnya. Hatiku sudah mencelos terlebih dahulu. Hei aku ingin sesekali merasakan bagaimana rasanya hidup sebagai anak pesisir. Tetapi ingin hanya sekedar ingin, karena ternyata aku lebih tertarik belajar tentang mina padinya Toraja. Dan ya, begitulah akhirnya Toraja menjadi pilihan (meski tetap saja seperempat hati ada di Wakatobi).

Form-form sudah terisi. Hari-hari berlalu dengan penantian terhadap hasil seleksi administrasi. Iyakah akan ada namaku menjadi salah satu? Ya, Alhamdulillah hari itu di saat aku sedang makan malam di Ikana dengan enaknya, berita bahagia itu tiba. Haha. Ada aku di nomor 39, satu nomor terakhir untuk lokasi Toraja yang lolos seleksi. Alhamdulillah.

Pengumuman seleksi administrasi #Toraja (source: OA IYSE)
Lalu persiapan wawancara via telepon, ada jadwal hari dan jam kapan akan di telepon satu demi satu si kandidat. Aku ada di hari ketika jadwalnya aku ada acara di Ngawi, well, disana tidak ada signal untuk nomor yang kudaftarkan. Sedih kali. Tapi ternyata pihak pelaksana memberi keringanan memperbolehkan ganti jadwal dengan terkonfirmasi. Jadwal dimajukan, hari pertama seleksi malam pukul 9. Aku sudah tidak tenang. Ketahuilah Laila ini gugupan jika harus mengutarakan sesuatu lewat lisan, sekalipun di telepon mata dan mata tidak saling bertatapan. Sampai besok paginya, telepon itu tidak kunjung datang, hei, aku sudah berfikir yang tidak-tidak. Apakah aku terdiskualifikasi? Haha pikiran buruk yang menumpuk kegugupan di ambang tertinggi. Padahal besok paginya, ketika aku sedang bersenang-senang di dapur untuk membuat sarapan ala-ala, telepon itu datang, secara tiba-tiba.

Satu hal yang pasti dari wawancara yang barusan terjadi adalah, aku menjadi sangat pesimis bisa menjadi satu diantara orang yang akan berangkat ekspedisi. Jawaban-jawabanku belepotan. Aku tidak siap. Aku tidak berada pada keyakinan mampu membuat mbak-mbak interviewer meloloskanku. Wallahu’alam bisshawab.

Pengumuman seleksi wawancara #Toraja (source: OA IYSE)

Hari itu di Ngawi, tanggal 15 juli, kejutan Allah datang lagi dan lagi. Aku, Laila, yang sudah hilang harap ternyata lolos menjadi salah satu yang akan diberangkatkan ke Toraja, Sulawesi. Segala gemuruh membuncah: senang, bingung, takut, semuanya terasa menjadi-jadi. Lebih lagi karena, dari awal aku tidak memberitahu Bapak dan Ibu terkait lokasi. Kataku waktu itu hanya aku sedang ikut event untuk berbakti pada negeri, mohon direstui. Ketakutan yang akhirnya berubah menjadi rasa syukur tak terperi, ya, gegara izin pergi sudah terkantongi. Oh, Allah, Alhamdulillah, terima kasih untuk kesempatan dan bakal pengalaman yang akan terjadi. Mari bergerak bersama. Mari merealisasi.

“IYSE, Mengabdi untuk Negeri, Bahagia Indonesiaku.”

Dariku yang berbahagia karena Allah wujudkan pergi ke Sulawesi,💙

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images