[IYSE Toraja – Bulukumba]: Koordinasi yang Menciutkan Hati

8:54 PM


Mula yang berdrama sudah terlalui. Masa-masa koordinasi menampakkan diri. Semua peserta diwadahi dalam sebuah group besar dan satu group divisi. Seperti pada umumnya, perkenalan adalah hal lumrah yang mendahului sebuah jumpa pertama. Hal yang terfikir olehku pertama kali adalah waw. Asal mereka dari jauh dan lagi ini bukan hanya lintas latar belakang tapi juga lintas generasi.

Mari kuabsen dari mana saja mereka berasal tanpa menyebutkan nama yang empunya daerah, ya. Aceh, Padang, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Banjarnegara, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Bondowoso, Sidoarjo, Lamongan, Lombok, Jambi dan Kendari. Belum lagi latar belakangnya mulai dari anak Hukum, Teknik mesin – nukir, Managemen, Biologi, Pariwisata, Pertanian, Kebidanan, Kedokteran, Farmasi yang angkatan masuknya mulai dari ter-imut-imut di kampus sampai udah punya pengalaman kerja sendiri.

Batinku dalam hati, bisakah aku membaur bersama mereka dengan latar belakangku yang susah berteman ini? Disitu, tetiba ketakutan itu mulai tumbuh tak terpungkiri, menciutkan nyali untuk meneruskan ‘jadikah aku pergi ke Sulawesi?’

Ruang Koordinasi

Hari-hari berdiskusi terkait persiapan program dilakukan di group yang sudah disediakan. Aku yang biasanya silent reader jadi sering-sering di mention gegara sering gak muncul, haha! Belum lagi pas itu lagi hectic banget ngurusin ujian skripsi yang jadwalnya muncur-mundur kayak undur-undur sampai akhir juli. Akhirnya, karena sering juga jadi notulen saat koordinasi, aku menawarkan diri untuk bertugas mencatat ini itu hasil diskusi. Jadi ya gitu, kerjaanku kalau selepas rapat online scroll-scroll ke atas membuat catatan untuk dikirim balik hasilnya ke group.

Koordinasi divisi sosling
Ada yang terjadi sebenarnya, sedikit di luar prediksi yang menyebabkan perubahan disana-sini. Jadi karena satu dan dua hal, lokasi mengabdi dipindahkan ke Bulukumba, tetapi culture visit tetap dilakukan ke Toraja. Oh see, ini berarti perjalanannya akan sekaligus menjadi tour Sulawesi Selatan. Great. Sedikit kecewa memang, tetapi ndak apa-apa, mari kita lihat apa hikmah di balik ini semua.  

Oke. Rencana proker-proker dan kebutuhan sudah tertata rapi. Hari-hari keberangkatan semakin dekat. Hari-hari revisi skripsiku juga semakin mencekat. Aku kala itu, hampir menyerah pada diri sendiri. Sudah ketakutan tidak bisa menyatu dengan latar belakang yang terlalu beragam, aku juga terlalu pesimis bisa menyelesaikan revisi. (Laila waktu itu terlalu takut tidak bisa lulus empat tahun :” Haha konyol sekali).

Di terakhir tenggat (7 agustus 2018), semuanya kelar direvisi, keputusan berangkat mendapatkan kemantapan hati. Kemudian aku percaya Allah memberi jalan baik bagi siapa saja yang mau berusha. Alhamdulillah. Lagi-lagi Alhamdulillah. Lebih lagi, Allah akan merapel ceklis di bouqet list: naik kapal laut yang tinggi besar kayak di  tivi-tivi. Haha.  Terima kasih untuk semua pihak yang sudah direpoti.

Intinya, usahakan saja jalan-jalan baik. Jangan dulu kecil hati karena membayangkan kemungkinan yang akan terjadi. Kesempatan jarang datang dua kali, usahlah risau dengan pikiran hati yang begitu begini. Hajar. Terjang. Disitu kau akan tau seberapa kuat dirimu yang tidak kau tau selama ini.

Salam dariku,
yang sempat ciut hati

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images